Sunday 15 December 2013

KISAH NYATA GAY 5


DESEMBER
Surat 5# : Soup Jawa dan Balai Bambu

Memenuhi benak saya lagi dengan kenangan bersamanya...

Sejauh ini, dia adalah satu-satunya Kekasih saya dalam konteks ’ dua lelaki saling mencintai’.Dan dia seorang China yang di mata saya adalah (selalu) indah... Karena dia baik...tidak seperti yang orang bilang tentang China; Karena dia ber-visi dalam hidupnya... pekerja keras dan selalu berbuat baik untuk siapapun termasuk sangat suka melakukan kegiatan charity di mana-mana; Karena dia satu-satunya lelaki yang bisa membuat saya tertawa dan menangis...

Saya selalu menangis, tanpa dia tau, ketika dia bercerita sangat sering tentang Mamahnya... Satu-satunya wanita yang dia kagumi.... Bagaimana Mamahnya selalu hadir dalam mimpinya ketika dia sedang mengalami kesedihan yang tak berujung tanpa sebab.. Bagaimana Mamahnya selalu mengasihinya, sangat lebih banyak dibandingkan Papahnya yang hampir tidak pernah memperhatikannya. Bagaimana  Mamahnya menjadi sosok yang dimatanya sangat disesalinya, karena ketika dia sudah sesukses sekarang ini tidak bisa dilihat Mamahnya karena beliau lebih dulu pergi ke alam lain semasa dia SMA. Dan kerinduan kepada Mamahnya orang Jawa itu selalu luar biasa. Apalagi ketika melihat saya sedang merokok di depannya..

# Den, caramu merokok iku..koyok Mamah ku... dipegang jari telunjuk dan ibu jari... dihadapkan ke dalam bayangan telapak tangan...bukan ke luar telapak tangan. Seolah-olah pingin menyembunyikan rokok iku dari pandangan orang..

Matanya selalu berkaca-kaca, ketika membicarakan itu. Bahwa Mamahnya suka dengan tembakau asli..dan selalu meraciknya sendiri, melintingnya dengan kertas klobot merk jambu bol.. ketika pagi-pagi sekali di dapur... di atas balai bambu menghadap ke tungku kayu; menanak nasi dan memasak lauk-pauk untuk Papahnya dan semua anak-anaknya..
Dapurnya sedikit terbuka untuk memberi ruang bagi keluarnya asap dari tungku kayu itu, kalau tidak..pasti asap-asap itu akan memenuhi seisi rumah dan membuat mata jadi sangat pedas. Yang menarik adalah balai bambu yang mirip dan seukuran ranjang kamar suit room hotel itu selalu menjadi tujuan utama Kekasihku begitu bangun pagi, karena mendapati Mamahnya selalu disitu. Sambil masih terasa kantuk, karena terlalu pagi bagi anak kecil seusia dia, dia menatap Mamahnya yang sedang mempersiapkan makanan. Dia tiduran di sana... bahkan membawa bantalnya yang dia bilang ‘penuh dengan air liur nya’ ke atas balai bambu itu...untuk merebahkan tubuhnya. Menatap Mamahnya berlama-lama..

Balai bambu itu terasa lebih hangat dibandingkan dengan ruang lain di rumahnya. Tentu saja, karena tidak lebih dari dua meter di dekatnya sedang menyala api kuning kemerahan dari kayu-kayu bakar tepat dibawah bokong panci dan wajan yang mengeluarkan bunyi-bunyi khusus menandakan ada yang sedang meletup-letup didalamnya, beras dan air mendidih atau minyak panas dan tahu goreng. Hmmm... 

Khusus di daerah tertentu, Orang Jawa menyebut balai bambu itu Lincak.. enak untuk diduduki dan enak untuk selonjoran...  Beberapa bahan makanan diletakkan di atas lincak itu, kadang-kadang, karena tidak ada tempat lain, misalnya ubi, kentang, buah labu kuning atau sekarung beras atau padi...juga sayur mayur dan buah untuk pencuci mulut. Balai bambu itu kadang terasa sempit buat kekasihku, apalagi jika Mamahnya meninggalkan racikan rokok nya disana..karena biasanya lintingan rokok bertebaran diatasnya...

#Dan itu artinya Mamah wis terbangun beberapa jam sebelum aku, Den bagus...bisa jadi jam dua atau jam tiga ..buktinya rokok yang telah berhasil dilintingnya banyak banget !! Kalo aku tanya ke Mamah’ jam piro tangi Mah?’.. lalu biasanya Mamah cuma tersenyum, dan mencium keningku lalu mengusap rambutku, duduk disebelah tubuhku yang selonjoran...

Balai bambu dan kehidupan dapur pagi hari menjadi hal yang paling menyenangkan baginya. Karena dia bisa lebih dekat dengan Mamahnya.. diperhatikan..dielus-elus..sebab di lain waktu tidak bisa melakukannya, padahal Kekasihku  yang mungil sangat membutuhkannya sering. Mamahnya selalu mendampingi Papahnya kemanapun pergi, pergi kulakan kain untuk dijual lagi di toko mereka.

Kedekatannya dengan Mamahnya di dapur membuat dia sangat suka dan hobby memasak. Bisa diduga, masakan kesukaannya adalah masakan Jawa, seperti juga Mamahnya yang berdarah Jawa dan berkulit coklat seperti saya. Maka-nya dia bilang , dia paling betah memandangi saya setiap saat, memperhatikan warna kulit saya dan ke-Jawa-an saya. Kedekatannya dengan Mamahnya di dapur membuat dia sangat suka memasak Soup Jawa, masakan pertama yang berhasil dia pelajari dan dia buat sendiri...
# Kalau demam dan badan terasa tidak fit.. Den Bagus ojok lupa bikin soup ae... itu berkhasiat mengurangi demam dan badan bisa bugar kembali Den... keringat dingin akan keluar, tidur, dan besoknya seger..
(memang ada kandungan merica, bawang putih, dan kaldu ( ayam) yang konon menjadikan Soup begitu manjur untuk mengatasi masuk angin dan demam)

Demikianlah, Soup Ayam Jawa dengan kaldu bening menjadi menu favoritnya. Karena setiap kali memasak nya, dan saya disebelahnya... dia selalu bilang 

# Aku kangen Mamahku Den... 

Rautnya menjadi berbeda, ada semacam keharuan yang saya tidak bisa terjemahkan. Dan saya selalu memeluknya dari belakang demi matanya yang berkaca-kaca... saya lingkarkan kedua tangan saya kebahu nya atau perutnya yang cembung..membiarkan kulit coklat sawo matang saya dinikmatinya mungkin sedikit melengkapi kerinduannya kepada Mamahnya yang Jawa...hal itu sangat tidak sulit, karena saya lebih tinggi darinya...  

Kekasihku sangat mengidolakan Mamahnya.. tidak ada satupun wanita yang mampu melebihi Mamahnya... 

Apakah itu juga yang menjadikan dia sama sekali tidak tertarik dengan wanita? Apakah tidak ada wanita sehebat dan seindah Mamahnya sejauh ini, sehingga dia hanya tertarik kepada lelaki?  Apakah dia tidak ingin menggantikan wanita terhebat, Mamahnya, dengan wanita lain di hati nya, sehingga dia tidak memiliki rasa kepada wanita?  

Saya tidak akan ingin mencari jawabannya..karena ternyata saya juga seorang lelaki yang menjadikan Ibu saya salah satu wanita terhebat dalam hati saya...
# Balai bambu dan Soup Jawa, sampaikan salam kangen saya kepadanya.. dia ada dimana sekarang? Saya tidak ingin bertemu dia... karena dia juga tidak.
====



   

Sunday 17 February 2013

KISAH NYATA GAY 4


...IMLEK.. 

"Selalu saya mengingatmu, mengingat kita pernah memulai kisah kita pada momen itu. Beberapa tahun yang lalu...dan telah lewat. Apakah engkau sudi  mengakui bahwa juga mengingatnya? "


----------------------to be continued ---------------

ps:

MOHON MAAF KEPADA SEMUA KAWAN YANG TELAH MENGIRIMKAN SIMPATI DAN UCAPAN PERKENALAN LEWAT email : jossearkhm@yahoo.com. SEMUANYA MENYENANGKAN, SEMUANYA HEBAT, SEMUANYA HANGAT TUTUR KATANYA. DENGAN KERENDAHAN HATI, SAYA MOHON MAAF BELUM SEMPAT MEMENUHI UNTUK MELANJUTKAN CERITA_CERITA INI.  DAN SEPERTI DUGAAN ANDA, MEMANG TIDAK AKAN PERNAH BERAKHIR CERITANYA DI SINI.... SEPERTI rasa kasih saya kepadanya...

Wednesday 19 September 2012

KISAH NYATA GAY 3


3#:  Selimut Hati kita 
(...masih cerita dengan kekasih saya Chi..) 


Saya tidak ingin pernah faham, kenapa saya paling merasa damai ketika mendengarnya mendengkur disebelah saya, setelah mendongeng untuk saya, dalam temaram lampu tidur disebelahnya.  Dan ketika saya mulai merasakan bahwa nafasnya teratur .. terlihat dari getaran yang berirama di dada dan perutnya yang cembung itu.  Dan ketika pelukan tangannya yang mulai ringan namun terasa berat di dada saya.. Dan ketika matanya menutup.. masih selalu indah sayu.

Inilah kisah cinta...


Saya juga tidak ingin  pernah faham, kenapa saya paling merasa cemas ketika dia demam, atau bersin-bersin tak beraturan. Sekujur wajah bulatnya menjadi merah muda.. matanya gusar, dan tubuhnya menggigil. Ketika dia benar-benar kecapaian mungkin, setelah seharian untuk meraih lebih banyak keping-keping rupiah.. uang.. dan uang... tak memikirkan risikonya kalo terlalu keras bekerja, akan kehilangan keseimbangan regulasi badan seperti itu; sakit...


# Den Bagus...  kemarilah... tolong dekap saya..


Lalu saya mendekat lelaki yang terpaut lebih dari sepuluh tahun dia atas usia saya ini, menyentuh jidatnya dengan punggung tangan saya penuh kasih sayang dan lembut spontan; hangat.Lalu ketika tidak lupa saya meletakkan selimut ke badannya yang duduk tergolek di sandaran tempat tidurnya. Selimut itu membuatnya lebih tenang... atau dekapan saya?


Selimut itu... selimut yang sama seperti yang saya punya. Dari kecil hingga sekarang. Selimut lembut, tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis : berwarna putih dan bergaris-garis hitam sejari kelingking...memanjang...  selimut lurik, seperti di rumah sakit-rumah sakit itu.


Selimut itu termasuk selimut yang jarang karena relatif mahal pada awal-awal tahun 1980-an, hanya segelintir orang yang mampu membelinya. Kata eyang saya ... Di kota saya, yang punya selimut seperti itu kalo tidak guru, yang beli secara kredit di koperasi pegawai negeri, ya PNS lain seperti tentara dan polisi , yang juga dengan pembayara mencicil di koperasi kantornya, atau orang pribumi yang kebetulan mendapatkannya dari lelang di Kantor Pegadaian... serta , tentu saja, keluarga beberapa orang China.  Selimut itu memang lembut... kira-kira berukuran 120 cm kali 80 cm, dan beratnya sekitar 600 gram.. ringan dan tebal. Putih lembut bergaris-garis hitam. Seperti hati saya saat kekasihku seperti itu ; demam...


Kekasihku itu pernah bercerita sebagai dongeng pengantar tidur kami , tentu saja dalam bahasa campuran jawa dan bahasa Indonesia, kenapa dia masih suka dengan selimut seperti itu di zaman seperti ini? Kenapa tidak selimut yang lain, yang dengan kondisi perekenomiannya sekarang dia pun bisa membelinya berkodi-kodi? Seperti biasanya dia selalu membawa saya ke suasana ketika dia masih kecil, settingnya sekitar tahun 1970-an malahan. Di keluarganya yang China... yang pedagang tekstil, tidak terlalu kaya dan anak-anaknya lumayan banyak.  ( kali ini saya akan translate semua ke dalam bahasa Indonesia, dengan menggunakan sapaan intim : AKU)


# selimut seperti itu selalu jadi rebutan antara kami, Den Bagus... maklum saja kami hanya punya dua lembar. Satu selimut lagi biasa dipake berdua adikku yang perempuan dan kakak perempuanku... itu sudah jatah mereka, tidak bisa diganggu gugat. Tersisalah satu. Sementara kami semua laki-laki berempat.  Aku pernah nangis sampe pagi dan gak bisa tidur lagi karena dipukul sapu kasur sama papah... Sebabnya adalah, selimut  yang telah aku ‘kuasai’ sejak jam 8 malam.. aku pakai tidur terlebih dulu... tapi tengah malam aku merasa kedinginan sekali, tentu saja aku terbangun... mencari selimut itu !!! ternyata, kakakku yang juga laki-laki telah merenggutnya... dan aku liat dia sudah tidur sambil mulutnya sedikit terbuka ..ngiler plus ngorok di pojokan kasur kami yang lain... aku merebutnya dengan geram!!! sambil mata masih ngantuk dan hati terasa panas... kakakku terkejut seperti dugaanku .. dan dia mempertahankan selimut itu...selimut itu ditarik kesana dan kesini... aku nangis, karena merasa tidak akan mampu merebutnya... aku lebih kecil usia 
dan badannya dibanding kakakku... laluuu..pecahlah suasana itu... gaduh...

Saya mendekapnya lebih erat saat itu karena menceritakannya matanya berkaca-kaca... saya mencoba mendamaikannya.. ; lalu dia lanjut berkata lagi..


# tangisanku sengaja aku keraskan, Den Bagus.. biarin suaraku cempreng !!! ..hehhee.. sekencang-kencangnya.. !!! berharap sodara-sodaraku yang lain membantu aku mendapatkan selimut itu, atau kakak perempuanku misalnya... Tapi Ah, mereka hanya membuka mata sebentar... lalu tidur lagi !!! tangisku menjadi-jadi... berharap ada yang menolong... semua sodaraku udah kembali tidur; tapi malah tiba-tiba papah yang masuk ke kamar kami dengan wajah merah, marah... beliau sudah membawa segepok sapu lidi yang biasa buat membersihkan kasur dan memukulkan ujungnya ke bokongku... sakit hati sekali saat itu.. sesak nafasku... dan papah meninggalkan kami setelah berkata dengan bahasa Jawa China-nya “ uwis..uwis !!! ojok nangis... ribut ae.. ndang tidurrr !!! “ – aku gak berani teriak lagi... tangisanku tersendat.. menyesak didada...dan rasanya cuma aku yang bisa mendengar isakanku..


# papah gak tau, kalo aku  gak bersalah... papah menang sendiri !!! – mau gak mau, aku perlahan kembali merebahkan diri... gak bisa tidur lagi menahan sakit di bokong dan hatiku... aku tengkurap ke kiri membelakangi kakak-kakakku.. dan air mataku masih menetes..sendirian... sepi.. gak ada yang lihat..  aku masih kecil dan mereka,termasuk papah, sudah besar..kenapa tidak memahamiku?... selalu melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri aja !!! dan selalu BENAR !!?

Oh, Selimut putih bergaris-garis hitam itu.... tanpa disadari siapapun telah mengajarkan terlalu dini kekasihku yang masih anak kecil pada waktu itu tentang  sesuatu : tidak percaya diri, sendiri, lemah, diperlakukan tidak adil...


Selimut putih itu juga dendamnya, selimut putih itu juga keras hatinya, hatinya yang berdegub China ..bahwa “ Aku harus bisa mengalahkan siapapun, aku harus punya uang banyak, aku harus bisa sendiri membeli apapun yang aku ingin. Aku tidak mau dianggap sepele !!!”


Dan dendam itu terlihat dari senyumnya yang terlihat sangat puas ( tapi selalu tampak tulus di mata saya) ... ketika suatu malam, ketika dia sudah dewasa, sukses berdikari dan tengah melukis kisah kasih bersama saya, membuka almari bajunya..


Ada setumpuk selimut putih bergaris-garis.. mungkin puluhan, dilipat rapi dan wangi...malahan tidak hanya berlurik hitam..tapi ada juga bergaris biru tua, hijau dan merah.


# Den Bagus... sini... kamu suka yang mana...semuanya berharga bagiku..ambillah satu buatmu.. hmmm ?


Saya memandangnya sekali lagi, mencari-cari jawaban diwajah teduh-nya apakah dia serius dengan tawarannya..


# Iya Den Bagus..ambillah..karena engkau juga berharga bagiku...

(September 2012)

ps : makasih buat semua email yang masuk di jossearkhm@yahoo.com. Mohon maaf ada bbrp email yang belum ter-reply... kalo sudah ada waktu, saya akan melakukannya, 

Tuesday 22 May 2012

KISAH NYATA GAY 2


Prolog : 
Tulisan ini memenuhi permintaan kawan-kawan via email. Mhn maaf saya sok sibuk.... hehee... Dengan waktu terbatas, sengaja saya copas kali ini dari salah satu blog sebelah yang saya temukan tidak sengaja beberapa waktu lalu, karena hampir 85 persen kisahnya sama persis dengan yang pernah saya alami. Sempurna. Saya telah mendapatkan izin dari yang punya blog tersebut by email, saya juga tidak berniat untuk mengenal lebih dekat dengan pemilik blog yang memakai nick name : BAGUS. Karena blog-nya lebih diperuntukkan kepada kalangan terbatas, begitu katanya. Dia baik, tapi juga sangat sibuk. Btw, Blog-nya BAGUS juga, seperti namanya: intelek, sederhana, kisah nyata, cerdas, terbuka namun tidak vulgar.

Dengan beberapa catatan dari penulis blog tersebut, termasuk meminta untuk mengedit beberapa kalimat untuk lebih menyamarkan identitasnya. Saya menyanggupinya, dan dalam tulisan ini kata kata yang tertulis dengan coretan BEGINI adalah hasil editan saya sendiri dengan persetujuan penulis blog tersebut. Hampir semua selain itu adalah tulisan orisinal termasuk judul dan titik komanya...  

Terimakasih untuk semua feedback dan email yang masuk ke : 
jossearkhm@ yahoo.com. 
Saya sangat mengapresiasi semuanya..

Salam, selamat membaca
-----------------------------------------------------



Surat cinta untuk pahlawan 2#: Jangan Panggil Saya “Koh”

Terjatuh ke suatu masa yang lalu, hari ini 10 mei saya selalu mengingatnya. Pertama kali saya mengenal kekasih saya. Hingga detik ini, sama sekali saya tidak berniat memanggilnya ‘mantan kekasih’ meskipun kami telah mengakhiri kisah itu, karena bagi saya dia adalah pahlawan hebat dalam sanubari saya. Pertama dan terakhir, entah sampai kapan saya tidak cukup berani menguda-rasa..

Saya masih ingat , dia lahir pada akhir Oktober di salah satu kota di Jawa Timur, mungkin dia hampir setengah abad sekarang. Seorang China yang pertama kali membuat saya mengakui kesakitan saya ini, bahwa saya juga lelaki seperti dia dan kami saling jatuh cinta. Saya memang mendambakan sosok Bapak.. dan saya terjatuh kepadanya. Pertemuan itu terjadi di salah satu tempat yang saya tidak akan melupakannya,  di sebuah sudut Ibu Kota suatu petang selepas Isya. Kami sudah berjanji untuk bertemu ....ketika saya baru sehari hari tiba berlibur dari Sebuah Negara, tempat saya menempuh pendidikan saya. Saya tidak pulang ke rumah sebagai tempat pertama saya datangi, tapi singgah dulu di Jakarta.. dan itu untuk pertemuan ini. Selalu saya berfikir,  apapun ini tentu tangan Gusti telah mengatur semuanya, jadi saya tidak pernah merasa kesakitan saya ini suatu kesalahan. Gusti menjadikan saya seperti ini.

*Jangan panggil saya Koh--

Begitu dia bilang kepada saya... oh, saya ingin menghormati dia dan memperlakukan dia seperti, yang mungkin dia inginkan. Sapaan “Koh” sepengetahuan saya, sebagai anak orang Jawa, adalah sapaan yang sangat sopan mengingat perbedaan usia diantara kami lumayan jauh.  Sedari kecil, saya liat semua orang di pasar selalu memanggil pedagang China lelaki dewasa dengan sebutan Koh itu. Mereka senang dipanggil Koh. Tapi kali ini, saya salah.  Lelaki dengan alis yang lebat dan perut tambun ini tidak suka dengan sebutan itu.

Saya merasa cukup repot,
*lalu mau dipanggil apa?--

Mata China-nya sangat teduh, senyum China-nya  selalu terkesan tulus, gak dibuat-buat. Dan hati saya berdebar..... seperti deburan ombak Parang Tritis. Ini pertama kali saya menatap mata seperti itu, wajah rembulan tepat di depan saya. Kami terdiam cukup lama... lalu saya memecahkannya tanpa sengaja>>>

*jadi gimana Wong Bagus ?--

ia tertawa..lebar... penuh makna dan suasana mencair begitu saja...perbincangan kami mulai mengalir. Kekasihku yang China itu gak mau dipanggil “Koh”... tapi “Wong Bagus”     
Belakangan saya tau, dia menyukai lelaki Jawa seperti saya. Lelaki cukup dewasa yang kulitnya coklat, pinter cerdas serta bisa diajak ngobrol sana ngobrol sini dan termasuk ngobrol omong kosong menghibur hati. Saya tidak merasa seratus persen memenuhi kriteria itu. Hanya saya orang Jawa. Titik.

*Den Bagus.. --- Hah..kenapa dia menambahkan Den di depan Bagus? Jadi Den Bagus? Ahh...
*Iya Mas... -- Saya menyelingi dengan sapaan Mas kepada dia. Gawat juga karena lama-lama bisa-bisa percakapan kami berdua ini akan berasa seperti pentas  ketoprak ... >>>>>
 *Jujur ae...sampean iku gak ngganteng blas ya... biasa2 ae.. hahaha...tapi aku lhoh demi Tuhan kesengsem sama sampean.. karena sampean iku terlihat Jawaaaa banget....

Wahhh... Bahasa Indonesia kami tidak terkontrol lagi. Dia Pakai Bahasa Jawa. Jawa Timur-an.. saya jelas mengerti beberapa perbedaan bahasa  Jawa Jawa Timur dan bahasa Jawa Jogja atau bahasa Jawa Jawa Tengah.. “Iki “ yang artinya ini ;berganti dengan “Iku”... “ Ae” yang artinya saja; menggantikan “Wae”...“Ora” yang artinya tidak ;berganti dengan “Gak”...” Panjenengan” yang artinya kamu( dengan lebih hormat); berganti dengan “ Sampean”... dan Ke-China-an dia lebih terlihat dengan mencampuradukkan kalimatnya dengan bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Hmmm.. saya selalu tersenyum mengingatnya lagi..  dan kadang seringnya lebih terasa menyesakkan..

Demikianlah, sejak saat itu kami sering ngomong Jawa selama kami mengukir kisah sederhanan namun megah itu yang didasari oleh kasih sayang, cinta pertama saya.. dan kata dia juga itu cinta pertama dia.  Dia menyukai saya karena saya Jawa dan saya menyukai dia karena dia China, sering kali terungkapkan di sela-sela percakapan kami. Dia sering mengucapkan “ hmmm..dasar Jawa” ketika kami bercanda..ketika gemes... dan kemudian dia memeluk saya semau dia. Atau kalo saya lebih dulu sampe rumah (dia), ketika kebetulan saya pas di Jakarta,  sepulang kantor saya beberapa kali suka  bilang” heh.. wong chino!!! Ra sah adus... Sini tak cium... gelem ora? Ora gelem yo wis... tak cakot ae ..hmmmm“##  ….seketika kami tertawa dan terhanyut dalam irama hati...
## (Heh.. Orang China...Gak usah mandi.. sini saya cium... mau enggak? Kalo gak mau ya sudah.. saya gigit aja..hmmm)  

Padahal dalam banyak sejarah dikota-kota kecil dan besar Indonesia...tercatat  terjadi pertentangan dan permusuhan yang sengit antara masyarakat Jawa dan minoritas China.. mungkin beberapa orang masih memegang kebencian itu sampai sekarang.. saya kasihan sama mereka yang tidak pernah tau, betapa indahnya saling menyayangi China dan jawa.  Cinta kami.

Yang paling saya rindukan sampai saat ini, setiap kali kami hendak tidur..bener-bener tidur, karena masing-masing kecapaian bekerja... dia selalu menyempatkan diri untuk bercerita kepada saya. Tentang masa lalu dia yang keras, penuh kebencian kepada aparat dan pemerintah, diskriminasi, dan relatif tidak menyenangkan: terlebih tentang masa kecil dia yang setiap pulang sekolah  dari SD sampai SMA harus menunggu toko tekstil miliki papah-mamah nya sehingga dia kehilangan banyak waktu untuk bermain sampai sampai mengerjakan PR sambil melayani pembeli, atau tentang masa remaja dia yang badung..sampai-sampai  tanpa sepengetahuan papah-mamahnya dan semua sodaranya dia ikut sunatan masal di kampung padahal dia China.. terlihat aneh ikut sunat...dan katanya

*kan lumayan..dapet sarung gratis, maem kacang hijau  dan telur rebus gratis, dapet amplop ( berisi uang) dan baju  gratis !!‘   saya tertawa dengan sepenuh hati lalu  menjewernya..
*woooo... dasar Chino !!” ----

Ah, saya heran ..dia selalu tidak pernah kehabisan kata untuk men-dongeng sebelum tidur.. cerita apa saja.. dan saya paling suka ketika itu membayangkan suasana  keluarga China dimasa lalu, yang luas.. sedikit sekat... yang diisi oleh banyak anak.. tidur seperti ikan asin karena satu tempat tidur diisi oleh 3-4 anak... ada yang nakal ada yang rewel..ada yang pendiam.. ada yang nangis.. dan sebagainya...  sampai akhirnya saya terlelap didekapannya sampai  terbangun saat azan  ketika saya harus Shalat Subuh. Membuatkan teh panas buatnya dan buat saya.... kami nikmati di balkon kecil sebelum sama-sama  berangkat kerja.

Sampai sekarang saya selalu bersyukur dipertemukan dan diberi kesempatan untuk sama-sama saling mengizinkan kerinduan dan kecintaan di antara kami. Cinta Platonis yang tidak mengedepankan kontak raga..tapi lebih saling membuat bahagia dengan cara dewasa. Selama kami mengukirnya, kisah kami terwarnai pergumulan fisik dewasa hanya 4 kali, semuanya hebat, tulus dan aman... saya sangat mengingat detailnya dan kami sama sekali tidak keberatan dengan intensitasnya yang hanya  sejumput itu. Cinta Platonis. Selebihnya, Kekasihku yang China itu mengajarkan saya kedisplinan, tepat waktu, bekerja keras, gigih, dan cinta tak bersyarat.

*Wong Bagus ... semoga engkau disana selalu bahagia...

Den Bagus XXXXXXX ..... Nama Tempat dan Kota 10 Mei 2012 ( 00.10 wib)

Thursday 6 October 2011

KISAH NYATA GAY 1

Apa yg bisa saya lakukan... adalah menjalani semua ini seperti ini. Saya seorang pria yang punya pekerjaan tetap, di sebuah instansi pemerintah, punya istri, punya beberapa anak, punya rumah, punya mobil, dan beberapa perusahaan keluarga.

Saya gak tau kpn saya merasa menjadi gay. Yang saya tau, sejak kecil saya tidak tinggal bersama papa saya. Saya tinggal bersama Mama, dan kakak saya di sebuah rumah di kota kabupaten yang berhawa sejuk di Jawa Timur.  Apakah saya harus mengakui kalo saya  gay  atau biseks sejak kecil? Yang saya tau lagi, saya selalu merindukan sosok papa 'idaman' saya dari usia muda sampe skrng ini. Setiap melihat orang yang kebapakan, hati saya saya merasa bergetar.. ingin rasanya di peluk dan dimanja olehnya. Kolega-kolega mama saya, banyak yang 'menarik' hati saya.

Saya tumbuh sebagai seorang lelaki, bener-bener lelaki yang manly..akhirnya. Saya ganteng, tinggi, besar, dan banyak wanita memuji saya... bahkan beberapa patah hati dengan saya, sampe saat tulisan ini saya bikin. Saya merasa sama sekali tidak terlihat feminim, bahkan hingga sekarang ( edited : 22 may 2012). Meskipun saya sering mengenang ketika SD saya suka menari, tari tradisional Jawa... saya pernah ikut kursus menari... suka di panggung dan dilihat banyak orang. Saya suka menyanyi.....pernah kursus vokal juga. Pas SMP saya mulai 'merasa' aneh dengan diri saya, sehingga saya beralih bermain musik cadas, saya gitarisnya. Ke-tidakberesan-an saya bener2 tertutup sejak itu.  

Saya menulis semua ini di usia menjelang 40 tahun saya, sebagai curahan hati saya, pengobat kegersangan hati saya karena memendam semua ini sendirian. Saya gak berani cerita kepada siapapun hingga saat ini. Saya bingung dengan hidup ini.... dan saya selalu menjalaninya dengan syukur. Saya lelaki taat beragama, shalat dan puasa, saya juga akan segera naik haji.  Oya, saya akan cerita tentang beberapa orang dari kalangan yang sama dengan saya, di Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, yang pernah menjalin hubungan  dengan saya. Saya akan menggunakan nama samaran untuk mereka... Ini kisah nyata gay..untuk kita ambil hikmahnya... dan tempat share bersama.... Kamu punya kisah seperti ini? silahkan share dengan saya..saya ingin kita 'saling menentramkan'.. sebagai TEMAN. email saya di : jossearkhm@yahoo.com      saya juga di manjam...(bersambung)