3#: Selimut Hati kita
(...masih cerita dengan kekasih saya Chi..)
(...masih cerita dengan kekasih saya Chi..)
Saya tidak ingin pernah
faham, kenapa saya paling merasa damai ketika mendengarnya mendengkur disebelah
saya, setelah mendongeng untuk saya, dalam temaram lampu tidur
disebelahnya. Dan ketika saya mulai merasakan bahwa nafasnya teratur ..
terlihat dari getaran yang berirama di dada dan perutnya yang cembung itu.
Dan ketika pelukan tangannya yang mulai ringan namun terasa berat di dada
saya.. Dan ketika matanya menutup.. masih selalu indah sayu.
Inilah kisah cinta...
Saya juga tidak ingin
pernah faham, kenapa saya paling merasa cemas ketika dia demam, atau
bersin-bersin tak beraturan. Sekujur wajah bulatnya menjadi merah muda..
matanya gusar, dan tubuhnya menggigil. Ketika dia benar-benar kecapaian
mungkin, setelah seharian untuk meraih lebih banyak keping-keping rupiah..
uang.. dan uang... tak memikirkan risikonya kalo terlalu keras bekerja, akan
kehilangan keseimbangan regulasi badan seperti itu; sakit...
# Den Bagus...
kemarilah... tolong dekap saya..
Lalu saya mendekat lelaki
yang terpaut lebih dari sepuluh tahun dia atas usia saya ini, menyentuh
jidatnya dengan punggung tangan saya penuh kasih sayang dan lembut spontan;
hangat.Lalu ketika tidak lupa saya meletakkan selimut ke badannya yang duduk
tergolek di sandaran tempat tidurnya. Selimut itu membuatnya lebih tenang...
atau dekapan saya?
Selimut itu... selimut
yang sama seperti yang saya punya. Dari kecil hingga sekarang. Selimut lembut,
tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis : berwarna putih dan
bergaris-garis hitam sejari kelingking...memanjang... selimut lurik,
seperti di rumah sakit-rumah sakit itu.
Selimut itu termasuk
selimut yang jarang karena relatif mahal pada awal-awal tahun 1980-an, hanya
segelintir orang yang mampu membelinya. Kata eyang saya ... Di kota saya, yang
punya selimut seperti itu kalo tidak guru, yang beli secara kredit di koperasi
pegawai negeri, ya PNS lain seperti tentara dan polisi , yang juga dengan
pembayara mencicil di koperasi kantornya, atau orang pribumi yang kebetulan
mendapatkannya dari lelang di Kantor Pegadaian... serta , tentu saja, keluarga
beberapa orang China. Selimut itu memang lembut... kira-kira berukuran
120 cm kali 80 cm, dan beratnya sekitar 600 gram.. ringan dan tebal. Putih
lembut bergaris-garis hitam. Seperti hati saya saat kekasihku seperti itu ;
demam...
Kekasihku itu pernah
bercerita sebagai dongeng pengantar tidur kami , tentu saja dalam bahasa
campuran jawa dan bahasa Indonesia, kenapa dia masih suka dengan selimut
seperti itu di zaman seperti ini? Kenapa tidak selimut yang lain, yang dengan
kondisi perekenomiannya sekarang dia pun bisa membelinya berkodi-kodi? Seperti
biasanya dia selalu membawa saya ke suasana ketika dia masih kecil, settingnya
sekitar tahun 1970-an malahan. Di keluarganya yang China... yang pedagang
tekstil, tidak terlalu kaya dan anak-anaknya lumayan banyak. ( kali ini
saya akan translate semua ke dalam bahasa Indonesia, dengan menggunakan sapaan
intim : AKU)
# selimut seperti itu
selalu jadi rebutan antara kami, Den Bagus... maklum saja kami hanya punya dua
lembar. Satu selimut lagi biasa dipake berdua adikku yang perempuan dan kakak
perempuanku... itu sudah jatah mereka, tidak bisa diganggu gugat. Tersisalah
satu. Sementara kami semua laki-laki berempat. Aku pernah nangis sampe
pagi dan gak bisa tidur lagi karena dipukul sapu kasur sama papah... Sebabnya
adalah, selimut yang telah aku ‘kuasai’ sejak jam 8 malam.. aku pakai
tidur terlebih dulu... tapi tengah malam aku merasa kedinginan sekali, tentu
saja aku terbangun... mencari selimut itu !!! ternyata, kakakku yang juga
laki-laki telah merenggutnya... dan aku liat dia sudah tidur sambil mulutnya
sedikit terbuka ..ngiler plus ngorok di pojokan kasur kami yang lain... aku
merebutnya dengan geram!!! sambil mata masih ngantuk dan hati terasa panas...
kakakku terkejut seperti dugaanku .. dan dia mempertahankan selimut
itu...selimut itu ditarik kesana dan kesini... aku nangis, karena merasa tidak
akan mampu merebutnya... aku lebih kecil usia
dan badannya dibanding
kakakku... laluuu..pecahlah suasana itu... gaduh...
Saya mendekapnya lebih
erat saat itu karena menceritakannya matanya berkaca-kaca... saya mencoba
mendamaikannya.. ; lalu dia lanjut berkata lagi..
# tangisanku sengaja aku
keraskan, Den Bagus.. biarin suaraku cempreng !!! ..hehhee.. sekencang-kencangnya..
!!! berharap sodara-sodaraku yang lain membantu aku mendapatkan selimut itu,
atau kakak perempuanku misalnya... Tapi Ah, mereka hanya membuka mata
sebentar... lalu tidur lagi !!! tangisku menjadi-jadi... berharap ada yang
menolong... semua sodaraku udah kembali tidur; tapi malah tiba-tiba papah yang
masuk ke kamar kami dengan wajah merah, marah... beliau sudah membawa segepok
sapu lidi yang biasa buat membersihkan kasur dan memukulkan ujungnya ke
bokongku... sakit hati sekali saat itu.. sesak nafasku... dan papah
meninggalkan kami setelah berkata dengan bahasa Jawa China-nya “ uwis..uwis !!!
ojok nangis... ribut ae.. ndang tidurrr !!! “ – aku gak berani teriak lagi...
tangisanku tersendat.. menyesak didada...dan rasanya cuma aku yang bisa
mendengar isakanku..
# papah gak tau, kalo
aku gak bersalah... papah menang sendiri !!! – mau gak mau, aku perlahan
kembali merebahkan diri... gak bisa tidur lagi menahan sakit di bokong dan
hatiku... aku tengkurap ke kiri membelakangi kakak-kakakku.. dan air mataku
masih menetes..sendirian... sepi.. gak ada yang lihat.. aku masih kecil
dan mereka,termasuk papah, sudah besar..kenapa tidak memahamiku?... selalu
melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri aja !!! dan selalu BENAR !!?
Oh, Selimut putih
bergaris-garis hitam itu.... tanpa disadari siapapun telah mengajarkan terlalu
dini kekasihku yang masih anak kecil pada waktu itu tentang sesuatu :
tidak percaya diri, sendiri, lemah, diperlakukan tidak adil...
Selimut putih itu juga
dendamnya, selimut putih itu juga keras hatinya, hatinya yang berdegub China
..bahwa “ Aku harus bisa mengalahkan siapapun, aku harus punya uang banyak, aku
harus bisa sendiri membeli apapun yang aku ingin. Aku tidak mau dianggap sepele
!!!”
Dan dendam itu terlihat
dari senyumnya yang terlihat sangat puas ( tapi selalu tampak tulus di mata
saya) ... ketika suatu malam, ketika dia sudah dewasa, sukses berdikari dan
tengah melukis kisah kasih bersama saya, membuka almari bajunya..
Ada setumpuk selimut putih
bergaris-garis.. mungkin puluhan, dilipat rapi dan wangi...malahan tidak hanya
berlurik hitam..tapi ada juga bergaris biru tua, hijau dan merah.
# Den Bagus... sini...
kamu suka yang mana...semuanya berharga bagiku..ambillah satu buatmu.. hmmm ?
Saya memandangnya sekali
lagi, mencari-cari jawaban diwajah teduh-nya apakah dia serius dengan
tawarannya..
# Iya Den
Bagus..ambillah..karena engkau juga berharga bagiku...
(September 2012)
ps : makasih buat semua email yang masuk di jossearkhm@yahoo.com. Mohon maaf ada bbrp email yang belum ter-reply... kalo sudah ada waktu, saya akan melakukannya,
ps : makasih buat semua email yang masuk di jossearkhm@yahoo.com. Mohon maaf ada bbrp email yang belum ter-reply... kalo sudah ada waktu, saya akan melakukannya,