Wednesday 19 September 2012

KISAH NYATA GAY 3


3#:  Selimut Hati kita 
(...masih cerita dengan kekasih saya Chi..) 


Saya tidak ingin pernah faham, kenapa saya paling merasa damai ketika mendengarnya mendengkur disebelah saya, setelah mendongeng untuk saya, dalam temaram lampu tidur disebelahnya.  Dan ketika saya mulai merasakan bahwa nafasnya teratur .. terlihat dari getaran yang berirama di dada dan perutnya yang cembung itu.  Dan ketika pelukan tangannya yang mulai ringan namun terasa berat di dada saya.. Dan ketika matanya menutup.. masih selalu indah sayu.

Inilah kisah cinta...


Saya juga tidak ingin  pernah faham, kenapa saya paling merasa cemas ketika dia demam, atau bersin-bersin tak beraturan. Sekujur wajah bulatnya menjadi merah muda.. matanya gusar, dan tubuhnya menggigil. Ketika dia benar-benar kecapaian mungkin, setelah seharian untuk meraih lebih banyak keping-keping rupiah.. uang.. dan uang... tak memikirkan risikonya kalo terlalu keras bekerja, akan kehilangan keseimbangan regulasi badan seperti itu; sakit...


# Den Bagus...  kemarilah... tolong dekap saya..


Lalu saya mendekat lelaki yang terpaut lebih dari sepuluh tahun dia atas usia saya ini, menyentuh jidatnya dengan punggung tangan saya penuh kasih sayang dan lembut spontan; hangat.Lalu ketika tidak lupa saya meletakkan selimut ke badannya yang duduk tergolek di sandaran tempat tidurnya. Selimut itu membuatnya lebih tenang... atau dekapan saya?


Selimut itu... selimut yang sama seperti yang saya punya. Dari kecil hingga sekarang. Selimut lembut, tidak terlalu tebal juga tidak terlalu tipis : berwarna putih dan bergaris-garis hitam sejari kelingking...memanjang...  selimut lurik, seperti di rumah sakit-rumah sakit itu.


Selimut itu termasuk selimut yang jarang karena relatif mahal pada awal-awal tahun 1980-an, hanya segelintir orang yang mampu membelinya. Kata eyang saya ... Di kota saya, yang punya selimut seperti itu kalo tidak guru, yang beli secara kredit di koperasi pegawai negeri, ya PNS lain seperti tentara dan polisi , yang juga dengan pembayara mencicil di koperasi kantornya, atau orang pribumi yang kebetulan mendapatkannya dari lelang di Kantor Pegadaian... serta , tentu saja, keluarga beberapa orang China.  Selimut itu memang lembut... kira-kira berukuran 120 cm kali 80 cm, dan beratnya sekitar 600 gram.. ringan dan tebal. Putih lembut bergaris-garis hitam. Seperti hati saya saat kekasihku seperti itu ; demam...


Kekasihku itu pernah bercerita sebagai dongeng pengantar tidur kami , tentu saja dalam bahasa campuran jawa dan bahasa Indonesia, kenapa dia masih suka dengan selimut seperti itu di zaman seperti ini? Kenapa tidak selimut yang lain, yang dengan kondisi perekenomiannya sekarang dia pun bisa membelinya berkodi-kodi? Seperti biasanya dia selalu membawa saya ke suasana ketika dia masih kecil, settingnya sekitar tahun 1970-an malahan. Di keluarganya yang China... yang pedagang tekstil, tidak terlalu kaya dan anak-anaknya lumayan banyak.  ( kali ini saya akan translate semua ke dalam bahasa Indonesia, dengan menggunakan sapaan intim : AKU)


# selimut seperti itu selalu jadi rebutan antara kami, Den Bagus... maklum saja kami hanya punya dua lembar. Satu selimut lagi biasa dipake berdua adikku yang perempuan dan kakak perempuanku... itu sudah jatah mereka, tidak bisa diganggu gugat. Tersisalah satu. Sementara kami semua laki-laki berempat.  Aku pernah nangis sampe pagi dan gak bisa tidur lagi karena dipukul sapu kasur sama papah... Sebabnya adalah, selimut  yang telah aku ‘kuasai’ sejak jam 8 malam.. aku pakai tidur terlebih dulu... tapi tengah malam aku merasa kedinginan sekali, tentu saja aku terbangun... mencari selimut itu !!! ternyata, kakakku yang juga laki-laki telah merenggutnya... dan aku liat dia sudah tidur sambil mulutnya sedikit terbuka ..ngiler plus ngorok di pojokan kasur kami yang lain... aku merebutnya dengan geram!!! sambil mata masih ngantuk dan hati terasa panas... kakakku terkejut seperti dugaanku .. dan dia mempertahankan selimut itu...selimut itu ditarik kesana dan kesini... aku nangis, karena merasa tidak akan mampu merebutnya... aku lebih kecil usia 
dan badannya dibanding kakakku... laluuu..pecahlah suasana itu... gaduh...

Saya mendekapnya lebih erat saat itu karena menceritakannya matanya berkaca-kaca... saya mencoba mendamaikannya.. ; lalu dia lanjut berkata lagi..


# tangisanku sengaja aku keraskan, Den Bagus.. biarin suaraku cempreng !!! ..hehhee.. sekencang-kencangnya.. !!! berharap sodara-sodaraku yang lain membantu aku mendapatkan selimut itu, atau kakak perempuanku misalnya... Tapi Ah, mereka hanya membuka mata sebentar... lalu tidur lagi !!! tangisku menjadi-jadi... berharap ada yang menolong... semua sodaraku udah kembali tidur; tapi malah tiba-tiba papah yang masuk ke kamar kami dengan wajah merah, marah... beliau sudah membawa segepok sapu lidi yang biasa buat membersihkan kasur dan memukulkan ujungnya ke bokongku... sakit hati sekali saat itu.. sesak nafasku... dan papah meninggalkan kami setelah berkata dengan bahasa Jawa China-nya “ uwis..uwis !!! ojok nangis... ribut ae.. ndang tidurrr !!! “ – aku gak berani teriak lagi... tangisanku tersendat.. menyesak didada...dan rasanya cuma aku yang bisa mendengar isakanku..


# papah gak tau, kalo aku  gak bersalah... papah menang sendiri !!! – mau gak mau, aku perlahan kembali merebahkan diri... gak bisa tidur lagi menahan sakit di bokong dan hatiku... aku tengkurap ke kiri membelakangi kakak-kakakku.. dan air mataku masih menetes..sendirian... sepi.. gak ada yang lihat..  aku masih kecil dan mereka,termasuk papah, sudah besar..kenapa tidak memahamiku?... selalu melihat sesuatu dari sudut pandangnya sendiri aja !!! dan selalu BENAR !!?

Oh, Selimut putih bergaris-garis hitam itu.... tanpa disadari siapapun telah mengajarkan terlalu dini kekasihku yang masih anak kecil pada waktu itu tentang  sesuatu : tidak percaya diri, sendiri, lemah, diperlakukan tidak adil...


Selimut putih itu juga dendamnya, selimut putih itu juga keras hatinya, hatinya yang berdegub China ..bahwa “ Aku harus bisa mengalahkan siapapun, aku harus punya uang banyak, aku harus bisa sendiri membeli apapun yang aku ingin. Aku tidak mau dianggap sepele !!!”


Dan dendam itu terlihat dari senyumnya yang terlihat sangat puas ( tapi selalu tampak tulus di mata saya) ... ketika suatu malam, ketika dia sudah dewasa, sukses berdikari dan tengah melukis kisah kasih bersama saya, membuka almari bajunya..


Ada setumpuk selimut putih bergaris-garis.. mungkin puluhan, dilipat rapi dan wangi...malahan tidak hanya berlurik hitam..tapi ada juga bergaris biru tua, hijau dan merah.


# Den Bagus... sini... kamu suka yang mana...semuanya berharga bagiku..ambillah satu buatmu.. hmmm ?


Saya memandangnya sekali lagi, mencari-cari jawaban diwajah teduh-nya apakah dia serius dengan tawarannya..


# Iya Den Bagus..ambillah..karena engkau juga berharga bagiku...

(September 2012)

ps : makasih buat semua email yang masuk di jossearkhm@yahoo.com. Mohon maaf ada bbrp email yang belum ter-reply... kalo sudah ada waktu, saya akan melakukannya,